The wise man does not expose himself needlessly to danger, since there are few things for which he cares sufficiently; but he is willing, in great crises, to give even his life - knowing that under certain conditions it is not worthwhile to live.
AristotleRead more athttp://www.brainyquote.com/quotes/keywords/wise.html#4UOYdx4cfigbzyIq.99
Ini adalah pemikiran yang tiba-tiba muncul di kepala ku
mengenai hubungan timbal balik gender,dalam hal ini aku membaginyanya menjadi 2
yaitu lelaki dan wanita dalam konteks keluarga.Memang aku belum menikah dalam belum
mengertibenar bagaimana kehidupan berumah tangga itu sendiri,tapi aku lahir
dari sebuah rumah tangga dimana ada ayah dan ibu juga entitas dari gender itu
sendiri.aku mengamati dan sedikit memperlebar sudut pandang ku selain sebagai
seorang anak juga sebagai serang lelaki yang mulai beranjak dewasa.Dan tentunya
apabila tuhan memberkati,akan tiba saatnya dimana aku akan menikah dan menjadi
kepala keluarga.Sangat bijak,jika mulai dari sekrang aku meraba-raba dan mulai
berpikir apa hakekat dari “ke lakian” itu sendiri dalam sistem yang biasa kita
sebut sebagai “keluarga”,agar bila saatnya tiba,aku bukan menjadi seorang
lelaki yang pengecut .Lari dari tanggung jawab sebagai kepala keluarga,bermain
judi,selingkuh,memukul istri dan masih banyak lagi.(Dan pada kenyataanya,banyak
kasus di dalam berkeluarga seperti ini,bahkan didalam keluarga ku sendiri aku
mengalaminya).
Masing-masing gender memiliki karakteristik fisik konkrit
sendiri yang menjadi dasar berpikir kenapa seseorang itu bisa disebut lelaki
dan seseorang itu bisa disebut wanita.Tapi bagaimana relasi antara lelaki dan
wanita itu sendiri dalam konteks kekeluargaan?
Aku sendiri adalah orang yang percaya bahwa tuhan itu ada
dan dia menciptakan adam dan hawa dalam dua jenis kelamin berbeda di taman eden
dengan suatu tujuan tertentu.Apa yang kupikirkan adalah bahkan sejak manusia
pertama muncul di muka bumi ini,lelaki itu sudah memiliki kodrat menjadi
seorang pemimpin.Itu seharusnya menjadi insting alamiah dimana dikala dia sudah
berkeluarga dan harus mengayomi dan melindungi keluarganya.Seorang lelaki akan menjadi
pemimpin yang hebat dikala dia bisa menjadi suami yang setia pada istrinya,dan
ayah yang penyayang dan panutan role of model bagi anak-anaknya
sendiri.Melakukan tanggung jawab sebagai seorang ayah dan suami.
Realitasnya adalah saat kulihat
di televisi dimana ada suami yang membunuh istrinya,menyetrika
anaknya,berselingkuh,dan masih banyak lagi hal yang menurutku
pengecut.Tindakan-tindakan ini gak lebih dan gak kurang adalah tindakan
pembodohan diri sendiri,pembunuhan hakekat kelakian itu sendiri.Dia telah
membohongi dirinya sendiri tentang hakekatnya sebagai seorang lelaki yang
seharusnya memperlakukan wanita secara sopan,bersahaja dan menjadi role of
model bagi anak-anaknya.Menjadi nahkoda PEMIMPIN bagi bahtera rumah tangganya.
Tulisan ini adalah sebuah
pemikiran tiba2 dari persepsi ku sendiri
sebagai seorang anak lelaki yang beranjak dewasa,yang mulai bertanya-tanya
apa,kenapa,mengapa,lalu bagaimana tentang eksistensi ku dan tujuanku hidup kedunia ini.Apa yang bisa
kulakukan sekrang adalah menjalani proses.Mempersiapkan diri menjadi seorang
pemimpin itu sendiri.Itu adalah sebuah tanggung jawab moril dari hakekat ku
sebagai seorang lelaki,sebuah keharusan dari entitas kemanusiaan ku,sebuah tugas mulia yang diberikan oleh sang
pencipta.Tak ada pilihan lain selain menerima dan menjalankannya.
Ya,paling tidak jika saatnya sudah tiba,apabila aku tidak
bisa menjadi pemimpin yang hebat dari segi keprofesian,aku ingin menjadi
pemimpin yang hebat bagi keluarga,istri dan anak-anakku sendiri.Itu sudah
cukup.
~Gunawan Panjaitan(6 april 2012) @ kosan pak rukman bandung~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar